Kamis, 01 September 2011

A.G.L


jikalau hidup harus untuk terus menahan sakit untuk melihat senyummu yang tak bisa ku miliki, aku rela.. Andai hidup hanya mimpi yang tak dapat diraih dalam nyata, aku rela tidur selamanya. Untuk mu, Reina. Kusayangi kau dalam sakitku.  AGL.. “

huuh.. aku menghela nafas. Lagi-lagi sebuah surat tanpa nama yang menyambutku pagi ini diatas meja kelasku. Sudah seminggu ini aku menerima surat gelap seperti ini. Entah dari siapa. Hanya berinisial AGL.
“hei, pagi-pagi ngelamun..” Ariska mengagetkanku, “kenapa??” tambahnya setelah memperhatikan raut wajah ‘tak enak’ ku. Aku menyodorkan surat itu padanya. Dia membacanya dengan serius “hmm..” hanya itu yang keluar dari mulutnya.
“gue heran deh ka, kenapa sih tu orang ga mau nongol aja depan gue, kenapa mesti surat gelap terus kayak gini, toh sekarang juga gue jomblo.” Huff.. aku benar-benar kesal.
Ariska yang ku ajak bicara hanya diam saja, “nah ini anak diajak ngomong malah diem aja” tambah ku kesal. Ariska adalah sahabat baikku dari aku masih kecil, kami bertetangga, rumahnya bersebrangan dengan rumahku. Dia seumur denganku, tapi sikap nya jauh lebih dewasa daripada aku.
“mungkin dia punya alasan kenapa dia ga berani langsung ketemu sama lo ,rein.” Ujarnya.
Hmm.. masuk akal.
“tapi gue ga suka ka, masalahnya hal ini bikin gue jadi penasaran. Pokoknya lo harus bantu gue nemuin siapa yang suka banget ngirim surat ini ke gue. OK?” aku benar-benar bersemangat. Ariska hanya tersenyum.